Jembatan pelangi

Jembatan yang melalui hutan bakau

Gedung Sejarah benteng belanda

Lokasi benteng belanda tersembunyi disebelah barat pulau dengan kondisi runtuh terkena abrasi air laut.

Sunrise

Sunrise dermaga timur pulau lancang dengan objek bagan

Dermaga Barat

Tempat bersantai dan bermain warga ketika waktu sore dan malam hari

Gudus selfie

Gundukan pasir tempat yang cocok untuk bersefie ria.

WARGA PULAU LANCANG MEMILIKI BAHASA SENDIRI

Masyarakat Pulau Lancang memiliki banyak perbedaan logat bahasa seperti pada umumnya masyarakat pulau-pulau lain dikepulauan seribu. Masyarakat pulau lancang ini justru lebih memiliki kesamaan dalam berbahasa dan logat bahasa yang digunakan dengan pesisir pantai Rawa Saban tangerang, penggunaan kosa kata bahasa sehari-hari oleh kedua masyarakat lingkungan tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. ABONG-ABONG : Percuma
2. ALONG : Panen Ikan
3. AMBAK-AMBAKAN : Kacau / Acak-acakan
4. AMBALAYA : Berantakan
5. ANJIRAN : Beruntung / Hoki

IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN PULAU LANCANG

Masyarakat nelayan Pulau Lancang yang sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan, dan biasanya nelayan pulau lancang ini akan pergi kelaut antara jam lima sore hingga jam setengah tujuh pagi namun demikian ada juga yang pergi melaut antara jam enam pagi hingga jam 10 siang(biasanya nelayan pancing baronang dan nelayan slulup/bubu). Selesai melaut pukul 05.30 WIB ikan hasil tangkapannya kemudian dibawa ke pantai sekitar Pulau Lancang untuk dijual kepada Pelele I (tengkulak) yang sebelumnya memberikan modal kerja dan atau pinjaman kepada nelayan untuk konsumsi sehari-hari. Akibatnya nelayan Pulau Lancang tidak mempunyai alternatif pilihan untuk menjual kepada siapa hasil tangkapannya tersebut kecuali hanya kepada Pelele tersebut. Menurut teori ilmu ekonomi, struktur pasar yang demikian ini dinamakan struktur pasar yang menganut sistim Monopsoni dengan varian sistem ijon.